Jumat, 08 Juni 2012

SAJAK SANG PENERBIT



disaat kemarau sedang melanda maka berduyun-duyunlah orang-orang turun ke sumur untuk menimba airnya

saat sakit datang maka bergerombollah mereka mendatangi rumah sakit

saat-saat kritis dalam diri manusia

anak-anak miskin tak pernah bergerombol kesekolah
anak-anak yang sakit tak pernah mendapatkan perlakuan yang wajar
anak-anak miskin yang menjadi korban kebiadaban
terbaring dalam ingatan perubahan

mereka menari menarikan tarian yang sama setiap saatnya
mereka bernyanyi, menyanyikan lagu-lagu buaiyan semu

raskin beras untuk simiskin
maka semua menjadi orang miskin
hanya untuk mendapatkan raskin

tarian dan nyanyian yang sama setiap harinya
bergerak kekanan,kekiri, kebelakang, kedepan dan berputar-putarlah
nyanyian dan tarian si miskin
itulah yang mereka ajarkan setiap harinya

kesejahteraan dan keadilan melambai-lambai
namun tangan tak pernah menggapai

pacul para petani
kini mulai tumpul akibat pembangunan

jaring-jaring nelayan kini mulai lapuk dan robek
ditengah lautan yang lepas
tak ada hasil maka asap tak mengepul

diselokan-selokan perkotaan tikus-tikus liar bermain-main dengan kucing
berendam bersama dalam kolam-kolam yang penuh dengan emas dan makanan
para anjing-anjing penjaga berdiri tegap siap menghalau para pengusik kesenangan

dalam sela-sela perkantoran tikus dan kucing bermain anjing-anjingan

dalam ruang-ruang rakyat anjing dan kucing menjilat kaki tikus

di televisi,di radio,di koran-koran
kaum miskin kota, hanya menjadi sajak berita dalam penderitaannya
rakyat miskin hanya menanti cerita yang diramu dalam tarian dan nyanyian semu

sekolah untuk siapa ?
apakah sikaya saja yang bisa bersekolah

beras untuk siapa ?
apakah sikaya saja yang boleh makan

rumah sakit untuk siapa ?
apakah mereka yang punya uang saja

kantor-kantor itu di isi dengan apa ?
jelas di isi dengan teman-teman sikaya saja

di sekolah mereka di ajarkan apa ?
mereka dianjarkan untuk tunduk dan patuh pada sikaya dan penguasa

jadi untuk apa si miskin ada ?
untuk mengisi pundi-pundi si kaya saja

tarian-tarian itu untuk siapa ?
hanya untuk si miskin saja

nayian-nyanyian itu untuk siapa ?
hanya untuk si miskin pula nyanyian itu mereka bikin

para kaum reformis cinta masih bersajak dalam pembaringannya
para pejuang cinta masih terkulai lemas dalam fantasinya
para pendekar-pendekar cinta masih tersayat oleh pedangnya
para penceramah masih melantunkan omong kosong tentang cintanya
mahluk-mahluk cinta seperti para ABABIL / ( A B G. LABIL )
terbujur kaku tak berdaya dalam frustasi fantasi

kaum miskin kota, buruh-buruh pabrik,petani dan nelayan
bangkitlah dan bergerombollah ke tanah lapang yang luas sambil membicarakan sang penerbit
saatnya sing-singkan lengan baju untuk mengangkat palu arit demi terangnya bintang kuning perubahan


MAKASSAR, 27 JANUARI 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar