disaat kemarau sedang melanda maka berduyun-duyunlah orang-orang turun ke sumur untuk menimba airnya
saat sakit datang maka bergerombollah mereka mendatangi rumah sakit
saat-saat kritis dalam diri manusia
anak-anak miskin tak pernah bergerombol kesekolah
anak-anak yang sakit tak pernah mendapatkan perlakuan yang wajar
anak-anak miskin yang menjadi korban kebiadaban
terbaring dalam ingatan perubahan
mereka menari menarikan tarian yang sama setiap saatnya
mereka bernyanyi, menyanyikan lagu-lagu buaiyan semu
raskin beras untuk simiskin
maka semua menjadi orang miskin
hanya untuk mendapatkan raskin
tarian dan nyanyian yang sama setiap harinya
bergerak kekanan,kekiri, kebelakang, kedepan dan berputar-putarlah
nyanyian dan tarian si miskin
itulah yang mereka ajarkan setiap harinya
kesejahteraan dan keadilan melambai-lambai
namun tangan tak pernah menggapai
pacul para petani
kini mulai tumpul akibat pembangunan
jaring-jaring nelayan kini mulai lapuk dan robek
ditengah lautan yang lepas
tak ada hasil maka asap tak mengepul
diselokan-selokan perkotaan tikus-tikus liar bermain-main dengan kucing
berendam bersama dalam kolam-kolam yang penuh dengan emas dan makanan
para anjing-anjing penjaga berdiri tegap siap menghalau para pengusik kesenangan
dalam sela-sela perkantoran tikus dan kucing bermain anjing-anjingan
dalam ruang-ruang rakyat anjing dan kucing menjilat kaki tikus
di televisi,di radio,di koran-koran
kaum miskin kota, hanya menjadi sajak berita dalam penderitaannya
rakyat miskin hanya menanti cerita yang diramu dalam tarian dan nyanyian semu
sekolah untuk siapa ?
apakah sikaya saja yang bisa bersekolah
beras untuk siapa ?
apakah sikaya saja yang boleh makan
rumah sakit untuk siapa ?
apakah mereka yang punya uang saja
kantor-kantor itu di isi dengan apa ?
jelas di isi dengan teman-teman sikaya saja
di sekolah mereka di ajarkan apa ?
mereka dianjarkan untuk tunduk dan patuh pada sikaya dan penguasa
jadi untuk apa si miskin ada ?
untuk mengisi pundi-pundi si kaya saja
tarian-tarian itu untuk siapa ?
hanya untuk si miskin saja
nayian-nyanyian itu untuk siapa ?
hanya untuk si miskin pula nyanyian itu mereka bikin
para kaum reformis cinta masih bersajak dalam pembaringannya
para pejuang cinta masih terkulai lemas dalam fantasinya
para pendekar-pendekar cinta masih tersayat oleh pedangnya
para penceramah masih melantunkan omong kosong tentang cintanya
mahluk-mahluk cinta seperti para ABABIL / ( A B G. LABIL )
terbujur kaku tak berdaya dalam frustasi fantasi
kaum miskin kota, buruh-buruh pabrik,petani dan nelayan
bangkitlah dan bergerombollah ke tanah lapang yang luas sambil membicarakan sang penerbit
saatnya sing-singkan lengan baju untuk mengangkat palu arit demi terangnya bintang kuning perubahan
MAKASSAR, 27 JANUARI 2008
saat sakit datang maka bergerombollah mereka mendatangi rumah sakit
saat-saat kritis dalam diri manusia
anak-anak miskin tak pernah bergerombol kesekolah
anak-anak yang sakit tak pernah mendapatkan perlakuan yang wajar
anak-anak miskin yang menjadi korban kebiadaban
terbaring dalam ingatan perubahan
mereka menari menarikan tarian yang sama setiap saatnya
mereka bernyanyi, menyanyikan lagu-lagu buaiyan semu
raskin beras untuk simiskin
maka semua menjadi orang miskin
hanya untuk mendapatkan raskin
tarian dan nyanyian yang sama setiap harinya
bergerak kekanan,kekiri, kebelakang, kedepan dan berputar-putarlah
nyanyian dan tarian si miskin
itulah yang mereka ajarkan setiap harinya
kesejahteraan dan keadilan melambai-lambai
namun tangan tak pernah menggapai
pacul para petani
kini mulai tumpul akibat pembangunan
jaring-jaring nelayan kini mulai lapuk dan robek
ditengah lautan yang lepas
tak ada hasil maka asap tak mengepul
diselokan-selokan perkotaan tikus-tikus liar bermain-main dengan kucing
berendam bersama dalam kolam-kolam yang penuh dengan emas dan makanan
para anjing-anjing penjaga berdiri tegap siap menghalau para pengusik kesenangan
dalam sela-sela perkantoran tikus dan kucing bermain anjing-anjingan
dalam ruang-ruang rakyat anjing dan kucing menjilat kaki tikus
di televisi,di radio,di koran-koran
kaum miskin kota, hanya menjadi sajak berita dalam penderitaannya
rakyat miskin hanya menanti cerita yang diramu dalam tarian dan nyanyian semu
sekolah untuk siapa ?
apakah sikaya saja yang bisa bersekolah
beras untuk siapa ?
apakah sikaya saja yang boleh makan
rumah sakit untuk siapa ?
apakah mereka yang punya uang saja
kantor-kantor itu di isi dengan apa ?
jelas di isi dengan teman-teman sikaya saja
di sekolah mereka di ajarkan apa ?
mereka dianjarkan untuk tunduk dan patuh pada sikaya dan penguasa
jadi untuk apa si miskin ada ?
untuk mengisi pundi-pundi si kaya saja
tarian-tarian itu untuk siapa ?
hanya untuk si miskin saja
nayian-nyanyian itu untuk siapa ?
hanya untuk si miskin pula nyanyian itu mereka bikin
para kaum reformis cinta masih bersajak dalam pembaringannya
para pejuang cinta masih terkulai lemas dalam fantasinya
para pendekar-pendekar cinta masih tersayat oleh pedangnya
para penceramah masih melantunkan omong kosong tentang cintanya
mahluk-mahluk cinta seperti para ABABIL / ( A B G. LABIL )
terbujur kaku tak berdaya dalam frustasi fantasi
kaum miskin kota, buruh-buruh pabrik,petani dan nelayan
bangkitlah dan bergerombollah ke tanah lapang yang luas sambil membicarakan sang penerbit
saatnya sing-singkan lengan baju untuk mengangkat palu arit demi terangnya bintang kuning perubahan
MAKASSAR, 27 JANUARI 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar