Jumat, 08 Juni 2012

SAJAK SANG PENERBIT



disaat kemarau sedang melanda maka berduyun-duyunlah orang-orang turun ke sumur untuk menimba airnya

saat sakit datang maka bergerombollah mereka mendatangi rumah sakit

saat-saat kritis dalam diri manusia

anak-anak miskin tak pernah bergerombol kesekolah
anak-anak yang sakit tak pernah mendapatkan perlakuan yang wajar
anak-anak miskin yang menjadi korban kebiadaban
terbaring dalam ingatan perubahan

mereka menari menarikan tarian yang sama setiap saatnya
mereka bernyanyi, menyanyikan lagu-lagu buaiyan semu

raskin beras untuk simiskin
maka semua menjadi orang miskin
hanya untuk mendapatkan raskin

tarian dan nyanyian yang sama setiap harinya
bergerak kekanan,kekiri, kebelakang, kedepan dan berputar-putarlah
nyanyian dan tarian si miskin
itulah yang mereka ajarkan setiap harinya

kesejahteraan dan keadilan melambai-lambai
namun tangan tak pernah menggapai

pacul para petani
kini mulai tumpul akibat pembangunan

jaring-jaring nelayan kini mulai lapuk dan robek
ditengah lautan yang lepas
tak ada hasil maka asap tak mengepul

diselokan-selokan perkotaan tikus-tikus liar bermain-main dengan kucing
berendam bersama dalam kolam-kolam yang penuh dengan emas dan makanan
para anjing-anjing penjaga berdiri tegap siap menghalau para pengusik kesenangan

dalam sela-sela perkantoran tikus dan kucing bermain anjing-anjingan

dalam ruang-ruang rakyat anjing dan kucing menjilat kaki tikus

di televisi,di radio,di koran-koran
kaum miskin kota, hanya menjadi sajak berita dalam penderitaannya
rakyat miskin hanya menanti cerita yang diramu dalam tarian dan nyanyian semu

sekolah untuk siapa ?
apakah sikaya saja yang bisa bersekolah

beras untuk siapa ?
apakah sikaya saja yang boleh makan

rumah sakit untuk siapa ?
apakah mereka yang punya uang saja

kantor-kantor itu di isi dengan apa ?
jelas di isi dengan teman-teman sikaya saja

di sekolah mereka di ajarkan apa ?
mereka dianjarkan untuk tunduk dan patuh pada sikaya dan penguasa

jadi untuk apa si miskin ada ?
untuk mengisi pundi-pundi si kaya saja

tarian-tarian itu untuk siapa ?
hanya untuk si miskin saja

nayian-nyanyian itu untuk siapa ?
hanya untuk si miskin pula nyanyian itu mereka bikin

para kaum reformis cinta masih bersajak dalam pembaringannya
para pejuang cinta masih terkulai lemas dalam fantasinya
para pendekar-pendekar cinta masih tersayat oleh pedangnya
para penceramah masih melantunkan omong kosong tentang cintanya
mahluk-mahluk cinta seperti para ABABIL / ( A B G. LABIL )
terbujur kaku tak berdaya dalam frustasi fantasi

kaum miskin kota, buruh-buruh pabrik,petani dan nelayan
bangkitlah dan bergerombollah ke tanah lapang yang luas sambil membicarakan sang penerbit
saatnya sing-singkan lengan baju untuk mengangkat palu arit demi terangnya bintang kuning perubahan


MAKASSAR, 27 JANUARI 2008
sebenarnya makan dan minuman selalu tersedia untuk semua orang, pendidikan dan ruang-ruang belajar sebenarnya sudah tercukupi untuk semua orang, namun terkadang semua ruang-ruang itu diambil dan dimainkan didalam lintingan-lintingan kertas dan logam-logam yang ditempa dengan nilai.
sehina-hinanya hidup seorang miskin maka lebih hinalah yang hidup berkecukupan,,karena dari yang miskin itulah makan yang mereka makan berasal dan dari sana pulalah barang-barang itu berasal.
makassar 2011
 

Kamis, 18 Agustus 2011

PIKIRANKU

pada ribuan kisah,pada sejuta cerita,dalam sebuah dongeng anak negeri
alam hanyalah perselisihan
realitas hanyalah fenomena
realitas hanyalah sebuah kicauan semata
indah hanya sebuah sugesti


dimanakah aku berdiri sekarang?
banyak hal yang tak nampak namun mereka kata nampak

dinakah ketampakan itu?
alam tidak selamanya indah
realitas hanya sebuah kreasi imajinasi


jangan pedulikan kicauan burung yang tak jelas itu
nyanyian dibalik dongengnya menjerumuskan kehidupan


realitas hanya propaganda keparat
ketidak jelasan membungkus kebodohan


syair-syairku ini mungkin tak jelas
akan ku perjelas dalam bait-bait yang menghatarkan pertempuran


humanis katanya itu hanya dongeng dari balik manifesto imperialis
universal katanya itu hanya wujud dari kolonialisasi


realitas, hahahahahahaha
alam hahahahahahahaha


darimana bayangan  itu berasal
darimana kebodohan itu muncul

realitas dibalik sebuah dikotomi pikiran
realitas dibalik budaya imperialis dan kapitalis

hakiki tak ada gunanya disini
indah itu bukanlah indah


tanyakan padanya aku bukan humanis bahkan universal sekalipun
teriakkan padanya hanya kami yang bisa mengerti dengan kehidupan ini
kami hanya mengenal kesetaraan dan keadilan
cita-cita kami tersandar pada harapan sejahtera
bukan standarnitas yang kau cetuskan

SUARA

aku hanya bisa duduk dalam kelas
aku hanya bisa mendengar dongeng-dongeng itu
aku cuma bisa terdiam
hidupku telah diarahkan oleh mereka
 aku malas dalam semua ini
aku tahu apa yang harus aku perbuat
kemarin dongengnya sempat mencabut jiwaku dan merampas kebebsanku
hanya kata-kata yang indah saja yang aku dengar
aku tak mengerti dengan omongan itu
barangkali dia ingin mengelabuiku
dewa kelas itu bertanya padaku,,apa itu indah
hahahahaha dengan lantang aku jawab bohong
dia bertanya lagi,,realitas
hahahahaha aku jawab dongeng
dia bilang kemiskinan
hahahahaha aku menjawab anda orang mampu
dia bilang teks
hahahaha aku bilang hanya slogan tanpa kemenangan
dia bilang indah
hahahahaha aku menjawab itu hanya hasupan semata
belajar katanya
hahahahah aku jawab aku belajar untuk dirampas kebebasannya
lagi-lagi aku mendengar nyanian itu
lagi-lagi aku mendengar kicauan itu
lagi-lagi aku diperdengarkan suara itu
hahahahaha suara,musik dan nyanyian itu lagi
 nayaian itu telah menelantarkan semua orang
nyanyian itu telah merampas masa depan anak-anak negeri
kicauan itu lagi yang diperdengarkan dalam ruang kelas
tak cukup kah generasi yang berlalalu itu kalian bohongi biarlah cukupalah aku yang mengetahinya
namun aku begitu sayang pada mereka, aku tak bisa berdiam saja
katakan pada mereka kicauanmu tak berlaku di telingaku
tanyakan padanya nyanyiannya tak masuk dalam akalku
katakan pula padanya suara yang sumbang itu tak berpengaruh padaku

Senin, 15 Agustus 2011

WAJAH KORUPSI

Tulisan ini lahir atas penggalan-penggalan kejadian yang mendara masyarakat, Dalam panasnya kemiskinan, banyak orang yang rela melakukan apa saja untuk keluar dari kemiskinan, kehidupan-kehidupan masyarakat yang kian sering terperngkap persoalan ekonomi menjadi gambaran yang tak asing lagi bagi Negara yang kita cintai ini, sebagian masyarakat yang hidup di bawah lilitan kemiskinan, pemandangan-pemandangan tunawisma yang hidup di bawah kolong-kolong jembatan, tanah-tanah yang tak layak huni dan pinggir-pinggir kali yang sewaktu-waktu mengancam kehidupan mereka.
Para pejabat-pejabatnya masing-masing sibuk dengan dirinya sendiri, proses demokrasi yang ditempuh dan dianggap jurdil dalam pelaksanaan bernegara, ternyata hanya menjadi beban yang sangat berat bagi para warga, para orang-orang miskin semakin miskin, dan para elit-elit Negara sibuk dengan memperkaya diri mereka masing-masing, mereka Cuma memanfaatkan rakyat untuk menduduki tahta tertinggi dan ujung-ujungnya memeras rakyat dengan jalur-jalur tertentu.
Arah bangsa ini semakin tak jelas akibat pemangku-pemangku kekuasaan yang dipercaya rakyat menghianati masyarakat sendiri. Pemanfaatan kekuasaan telah mencoreng keadilan dan kejujuran yang tercermin melalui perampokan atau pencurian  yang dilakukan oleh para elit politik dan sipil, itulah korupsi, rakyat dibuai-buai dengan semboyan bahaya korupsi, ternyata, para penggas anti korupsilah yang melakukan korupsi.
Banyak sudah pengalaman-pengalaman dan prestasi yang ditorehkan oleh pengurus atau penyelenggara Negara-negara di Negara ini, prestasi-prestasi yang mereka torehkan selalu masuk dalam skala besar, prestasi itu berupa perampokan uang Negara, uang Negara yang berasal dari rakyat dikuras dengan cara dan intrik yang sangat rapi dan cantik.
Seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah memiliki tujuan yang mulia, setiap anak ingin menikmati pendidikan yang layak, Simon adalah siswa yang duduk di bangku sekolah dasar ia sudah menduduki kelas paling akhir di sekolahnya, di sekolah guru-guru Simon selalu memberikan arahan kepada murid-murid agar rajin menuntut ilmu, Simon adalah salah satu dari sekian anak Indonesia yang hidupnya di bawah garis kemiskinan, berkat usaha keras kedua orang tuanya Simon masih bisa sekolah, berbagai macam pahitnya bersekolah telah ia rasakan, suatu ketika ia dipanggil oleh kepala sekolah, kepala sekolahnya menyarankan untuk membeli buku, namun melihat kondisi keluarganya Simon hanya bisa menjelaskan bahwa kedua orang tuanya tak punya uang untuk itu, bukan sekali ini saja Simon diperhadapkan semenjak ia bersekolah, kata-kata itu saja yang ia dengarkan  dari mulut kepala sekolah.
Di lain waktu Simon berprofesi sebagai pengumpul barang bekas atau menjadi kondektur mobil sehabis pulang dari sekolah, guru-guru di sekolahnya sangat disiplin dalam menerapkan waktu, namun sudah sangat sering guru-guru di sekolahnya datang terlambat dengan berbagai alasan kepada murid-murid.
Pernah suatu ketika salah satu guru masuk dan datang terlambat, murid-murid hanya ibu guru tak pernah salah, baik dalam kondisi apapun, ia langsung mengajarkan kepada Simon dan murid-murid yang lain mengenai orang yang sukses dan selalu tepat waktu, Simon membuka bukunya yang ia dapat dari tetangganya kebetulan buku tetangganya itu sama dengan buku yang ia pelajari di sekolah. Ia membuka lembaran demi lembaran yang ia lihat hanya gambar orang-orang yang dikatakan oleh ibu guru adalah orang sukses seperti, polisi, dokter, pegawai, dan direktur kantor. Simon menaruh harapan yang lebih ada impiannya itu, ia bercita-cita ingin seperti orang-orang yang ada dalam buku ini, pemikiran Simon yang masih kecil ini membuat ia selalu bersemangat dalam bersekolah. Di akhir pelajaran ibu guru memberikan nasehat pada Simon dan teman-temannya, kalau ingin menjadi orang sukses harus rajin dan selalu tepat waktu, Simon lalu mengacungkan tangannya dan bertanya pada ibu guru “bu’.. kenpaa ibu sering datang terlambat?, apakah orang sukses itu kalau sukses tidak disiplin lagi”. Simon lalu dipanggil oleh gurunya akibat dari pertanyaan polosnya itu, ia lalu dipermalukan di depan teman-temannya dan sesekali dicubit oleh gurunya, sejak itu Simon menanamkan dalam benaknya bahwa orang seperti ibu guru bisa membuat apa saja dan ia ingin seperti gurunya itu dan gemar datang terlambat dan selalu cepat pulang.
Negeri ini telah memelihara orang-orang yang tak bertanggung jawab, kemiskinan yang kian bercokol di puncak membuat para aparat dan penyelenggaraan bernegara semakin semena-semena terhadap masyarakat kecil.
Diceritakan sebuah tempat yang memiliki penduduk kurang lebih dua ratus juta jiwa,berbagai macam  kegiatan ada dalam masyarakat yang mengalami modernisasi di sebuah tempat persinggahan mobil atau terminal selalu padat di kunjungi berbagai jenis kendaraan semuanya diatur dengan kemuan pengelola  terminal.Di dalam terminal itu diisi berbagai macam pedagang dan pengunjung, pedagang selalu memberikan uang sewa kepada pengelola antar pegawai yang bekerja di perhubungan darat itu,setiap bulannya para pedagang menyetor  uang sewa kepada pengelola terminal sebagai bentuk  sewa lahan yang mereka tempati,kurang lebih terdapat 100 pedagang yang mencari nafkah di dalam terminal,para penagi dalam hal ini pengelola terminal selalu tersenyum.Ketika saat  penagihan  itu tiba tapi ada yang lebih menarik lagi di terminal  juga beroperasi pedagang  asongan,maka memanfaatkan  terminal sebagai lahan tempat berjualan mereka juga masuk dalam daftar pengguna tentunya selalu membayar uang pemanfaatan lahan bagi pegawai terminal kurang lebih ada 200-an orang yang beroperasi sebagai pedagang asongan di terminal itu.
            Tiba waktunya para pegawai turun ke lapangan unutk melakukan penagihan satu persatu lapak-lapak pedagang dimasukinya ,para pegawai ini dipekerjakan oleh Negara dan setiap tagihan yang mereka dapatkan dari pedagang merupakan uang yang masuk dalam kas pendapatan daerah atau Negara tapi ada-ada saja kelakuan yang ganjil dari apa di Negara ini yakni memanfaatkan uang Negara untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya demi hasil uang tagihan yang didapatkan  mereka selalu mengalokasikan untuk pemenuhan kebutuhan pribadi seperti rokok,kopi  dan makan bahkan lebih celakanya uang yang harus disetor  ke kas daerah atau Negara  itu di pakai untuk membayar hutang sehari-hari  yang selama bekerja di terminal,padahal uang yang mereka kumpulkan itu sudah masuk dalam daftar APBN atau APBD, ini bukannya pemanfaatan wewenang namanya dimana para abdi Negara ini telah melakukan pencurian kecilkecilan dalam lingkup skala sedang,artinya mereka mendapatkan gaji dua kali lipat sudah digaji oleh Negara  dan menggaji dirinya sendiri dari hasil tagihan dari pedagang yang menggunakan lahan Negara
Itulah kejadian  yang terjadi pada para pegawai terminal dalam operasinya terhadap pedagang menengah kebawah  lain halnya  lagi para abdi Negara ini memungut bayaran dari para pedagang asongan setelah menagih pedagang asongan uangnya tidak jelas lari kemana,ketika  penertiban pedagang asongan terjadi munculah oplemik yang berujung konflik ketidakjelasan nasib pedagang asongan,para pedagang  asongan mengatakan kami resmi beroperasi di terminal ini, setiap hari kami membayar biaya retribusi penggunaan lahan kepada pihak pengelola, suatu ketika  kejadian kejadian yang tak disangka-sangka oleh para pedagang asongan saat itu para pedagang asongan menuntut haknya karena sudah membayar kewajibannya sebagai penggunaan fasilitas Negara.Tidak ada pegawai  perhubungan yang bertanggung jawab atas kejadian itu,mereka hanya  makan uang rakyat tapi tidak bertanggung jawab atas nasib rakyat.
Diceritakan pula sebuah keluarga yang hidupnya serba berkecukupan memiliki dua orang anak, anak-anaknya yang dibesarkan di lingkungan yang penuh dengan kemapanan ayahnya yang menjadi seorang rector di salah satu perguruan tinggi dan ibunya yang berprofesi seorang dokter, ayahnya selalu sibuk dengan pekerjaan-pekerjaannya begitupun dengan si ibu yang disibukkan dengan kerjaan, dalam lingkungan kampus yang begitu megah menjadi sebuah pertemuan antara petinggi-petinggi kampus, mereka sibuk dengan masalah keuangan kampus yang disinejikan dengan keuangan mahasiswa, dalam keputusan itu melahirkan sebuah kebijakan mengenai pencarian dana pada mulanya, mahasiswa hanya mengajukan proposal dan menanti cairnya uang yang akan dikucurkan.
Selepas kegiatan mereka membuat pertanggungjawaban  dengan pengolah dana yang telah diberikan. Para intelektual muda ini selalu bekerja dengan jujur dan proaktif dalam mengusung yang mengkritisi kampus dengan lahirnya kebijakan baru para mahasiswa tidak berterima dengan hal itu, prosedur-prosedur yang lama kini diganti yang baru, setiap kelompok mahasiswa yang tergabung dalam lembaga apabila masih menyelenggarakan kegiatan harus mengusung proposal atau daftar kegiatan dan anggarannya, hal ini masih diterima namun setelah mendapat persetujuan dan mengetahui jumlah nominal yang akan diterima mereka harus membuat laporan pertanggungjawaban, hal inilah yang mengusung perdebatan kegiatan belum bertjalan merekamembuat laporan kegiatan yang fiktif, demi terselenggaranya kegiatan bersikeras untuk menolak kebijakan tersebut, hal ini dirasa janggal, lama berjalan kebijakan ini pun berjalan tanpa adanya protes dari teman-teman mahasiswa, setiap kebenaran yang dipertanyakan oleh mahasiswa selalu ditutup-tutupi oleh birokrasi kampus demi kepentingan kegiatan, mahasiswa sibuk menacari kelengkapan-kelengkapan untuk mengeluarkan uang kegiatan para mahasiswa dididik untuk melakukan kerja-kerja yang kotor seperti meminta bukti pembayaran di suatu toko, sesuai jumlah nominal uang yang tertera dalam projek proposal.
Melalui bukti-bukti hasil belanja dari toko yang fiktif itu mahasiswa menampungnya untuk dijadikan laporan pertanggungjawaban kegiatan yang belum terselenggara.
Kebijakan dikeluarkan oleh kampus telah mendidik para intelektual muda dalam melakukan penipuan-penipuan yang terstruktur dengan adanya laporan kegiatannya belum terselenggara jika ini dibiarkan seluruh mahasiswa menjadi generasi penggerak bangsa ke depan akan menjadi penipu bagi Negara dan bangsanya sendiri dengan membuat program-program yang fiktif yang senantiasa mengatasnamakan rakyat atau kelompok pada hal ingin memperkaya diri melalui tawaran kertas yang belum jelas itu.
Di lingkungan keluarganya sendiri pemimpin kampus itu membesarkan anaknya dengan hidup yang mewah, waktu terus berputar tak terasa anak-anaknya mereka bekerja di sebuah instansi Negara. Setelah ayahnya yang berprofesi sebagai rector tersandung korupsi yang menggelapkan uang Negara sebesar tujuh puluh satu triliun. Semua hartanya disita oleh Negara, dalam tempo singkatpun akhirnya mereka miskin, karena berasal dari keluarga yang mapan pada awalnya mereka lalu melihat keluarganya yang jatuh miskin kemudian mereka memanfaatkan posisi mereka sebagai abdi Negara untuk memperkaya diri kembali akibat tidak berterimaan atas jatuh miskinnya mereka, selalu menyelinap ke dalam jalan-jalan yang korup seperti pengadaan fasilitas pemilik Negara pembangunan-pembangunan aset publik yang ujung-ujungnya dikerjakan melalui proposal pengadaan fasilitas dan aset publik yang fiktif, orang-orang yang terlibat dalam pembangunan property itu tidak ada yang menadapatkan uang pelican dan uang tutup mulut.

PAPUA DALAM LINGKAR INDONESIA

solidaritas aksi kami tujukan kepada saudara-saudara kami yang berada di daerah timur Indonesia,kegelisahan dan keresahan yang dialami oleh saudra-saudara kita akibat dari penjajahan orang-orang di Indonesia maupun x-asing yang masuk dan menggerogoti tanah yang kaya akan kekayaan alam member kami semangat untuk menggaungka solidaritas aksi kepada papua yang kini dalam pross perebutan kemerdekaan dengan indonesia, solidritas kemerdekaan mengalir kepada mereka yang menuntut kebebsan atas penjajahan dan pembodohan yang dilakkan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam eksploitasi alam papua.
Daerah yang letaknya di bagian tertimur Indonesia ini merupakan tanah yang paling kaya akan sumber daya alam banyak dri bangsa-bangsa asing yang tertarik melihat negeri yang kaya ini, keberadaan papua yang sangat kaya akan tambang dan minyak menjadi incaran yng incar oleh para kapitalis-kapitalis domestic maupun internasional.
Semangat untuk merebut kemerdekaan dengan tangan sendiri merupaka salah satu bukti bahwa mayarakat papua ingin berdiri diatas kaki mereka sendiri, aksi-aksi yang mereka tujukan untuk bangkit dari keterpurukan demi menciptakan masyarakat papua yang sejahtera dan adil dalam bernegara.
Di bawah pendudukan Indonesia rakyat papua atau yang kita kenal dengan irian ini, mengalami berbagai bentuk pelanggaran yang brutal baik terhadap integritas fisik maupun hak-hak sipil dan politik mereka.
Akan tetapi dampak dari kondisi hidup mereka, meskipun jarang dibahas, juga sama buruknya
dan sudah berlangsung lebih lama. kekhawatiran mengenai keamanan, yang kadang-kadang bercampur dengan kepentingan pribadi dan perusahaan, lebih diutamakan daripada kesejahteraan rakyat Timor-Leste. Pendidikan yang secara terang-terangan digunakan sebagai alat propaganda dan bukan untuk pemenuhan kebutuhan dasar pembelajaran membatasi perkembangan anak-anak dan peluang masa depan.

Konflik papua
berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidak setaraan dan ketidak adilan, yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya, dan ekonomi. Perlawanan ini mengacuh pada ingin di ubahnya berbagai struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan ketidak setaraan dan ketidakadilan, termasuk kesenjangan ekonomi.
  Kepincangan pada distribusi sumber daya, akan mempengaruhi keleluasaan bagian-bagian suatu sistem sosial untuk mengungkapkan konflik kepentingan.
 Perlaanan-prlawanan mayarakat papua sebagai pewaris sah atas tanah papua sebenarnya tidak menikmati hasil alamnya sendiri melainkan hasil dari kekayaan alam papua dinikmati oleh pihak asing yang beropersi di tanah yang berada di timur indonsia  untuk mengeksploitasi alamnya, salah satu perusahan yang paling besar dimuka bumi berdiri di sana, perusahaan ini bernama Freeport.
 Freeport merupakan perusahaan tambang yang berhail menikmati kekayaan papua selama bertahun-tahun tak sedikit emas yang di hasilkan oleh Freeport dalam beroperasi belumlagi kandungan uranium didalamnyga. Secara menyeluruh tanah papua merupakan salah satu daerah penghasil tambang atau hasil migas nomor satu di Indonesia,   Kesadaran bahwa keabsahan sistem yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka. Adanya rasa rugi pada suatu golongan dan golongan yang lebih rendah menyadari bahwa ada konflik kepentingan dengan para pihak yang menguasai sebagian besar sumber-sumber daya yang tersedia. Hal itu menyebabkan ketegangan yang terjadi dalam situasi masyarakat yang dirugikan, perasaan terasing, kemampuan warga masyarakat untuk saling berhubungan, dan kemampuannya untuk mengembangkan suatu ideologi yang mempersatukan. Faktor-faktor tersebut memungkinkan mereka bersatu, diperkuat dengan konsentrasi ekologis dan kesempatan mendapatkan pendidikan, kemerdekaan, keadilan dan kesejahteraan.

Namun demikian, pada saat yang sama, setiap negara mempunyai tanggung jawab inti yang harus selalu dipenuhi. Ini termasuk tanggung jawab untuk menyediakan kebutuhan dasar tertentu, seperti makanan, tempat tinggal, obat-obatan dasar, dan pendidikan dasar. Ketentuan-ketentuan tersebut juga mengharuskan negara-negara dalam pemenuhan jaminan sosial dan ekonomi tidak melakukannya secara diskriminatif dan tidak melakukan langkah mundur yang dapat memperburuk pemenuhan hak-hak yang sudah dinikmati rakyat.

Pelanggaran hak-hak ekonomi dan sosial  dalam banyak hal sudah mencidera masyarakat papua, negara mengambil langkah keamanan yang ekstrem yang bertolak belakang dengan tanggung jawab inti yang semestinya dipenuhi. Dalam keadaan demikian, negara gagal memenuhi kebutuhan dasar penduduk, dan justru sering mengambil langkah mundur dan diskriminatif.

Pembangunan di tanah yang kaya akan sumber daya alam itu masih jauh tertinggal . Kesimpulan ini mungkin mengejutkan. Namun demikian, pemberian layanan sosial, termasuk kesehatan dan pendidikan, semuanya dinihilkan oleh kesibukan berlebihan pemerintah Indonesia dengan masalah keamanan, gaya pemerintahan yang yang sok demokratis, dan menjalin persekongkolan dengan kepentingan-kepentingan tertentu yakni .para kapitalis negeri dan internasional.
pelanggaran terhadap hak-hak sipil dan politik dengan pengabaian hak-hak sosial dan ekonomi. Di papua serta, pengingkaran kebebasan sipil dan politik yang pada  dasar selalu di tutup-tutupi dengan menggunakan berbagai macam bentukn.
Pmbungaman mulut rakyat papua yang dilakukan oleh militer Indonesia yang sering mengangkat isu mengenai OPM (organisasi papua merdeka), dngan mengkambing hitamkan OPM sebagai dalang dibalik kerusuhan dan peniptaan ketidak nyamanan masyarakat papua, pada hal rakyat papua yang trgabung dlam OPM merupakan sebuah organisasi yang melalukan pelawanan terhadap pemerintah Indonesia yang berlindung di balik demokrasi. Keberadaan OPM merupakan salah satu buktti bahwa tanah papua ingin merdeka dan bebas dari penjajahan yang dilakukan oleh Indonesia besrta asing-asingnya.
Masyarakat papua ingin berdiri diatas kakinya sendiri Cita-cita mengenai manusia merdeka yang menikmati kebebasan sipil dan politik serta kebebasan dari rasa takut dan lapar hanya dapat dicapai bila tercipta kondisi dimana setiap orang bisa menikmati hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya serta hak-hak sipil dan politik.
Di sini sekali lagi, dalam kerangka perjuangan rakyat papua yang kita harus pahami bersama sebagai mahluk yang menghuni bumi dan membutuhkan soongan solidaritas kita bisa melihat bahwa  pemikiran rakyat papua dan merupakan periode  kepahlawanan pertama dalm perjuangannya,  Dalam pekerjaan pendidikan kemerdekaan papua, Sikap pejuang rakyat papua sebenarnya menjadi salalh satu alat didik bagi orang-orang Indonesia lainnya betapa meraja lelanya ketidak adilan dan perwujudan kesejahteraan yang hanya mengawang-awang kalau dilihat perlawanan dan perjuangan masyarakat papua merupakan wujud solidaritas masyarakat  sebagai wujud manusia masa yang ingin kluar dari pembodohan.

Rabu, 10 Agustus 2011

NAZARUDDIN DAN KASUS KORUPSI YANG LAIN


Setiap orang pasti sudah mengetahui bahwa, pemimpin yang layak diberi apresiasi adalah orang yang berani menepati janjinya,  takkan diapresiasi ketika dipenuhi dengan tipu daya, bahkan intrik di balik kekuasaannya. Namun setelah kita lihat kasus-kasus yang menyeret salah satu anggota dan mantan bendahara  dari partai yang berkuasa, ternyata para penguasa telah melakukan hal-hal yang besar dimana, mereka yang lihai dalam membingungkan orang-orang di negerinya sendiri alias melakukan penipuan dan perampokan.
Salah satu fakta yang kita tidak bosan-bosannya dengar dan lihat dari berbagai pemberiatan di media-media, ialah kasusu korupsi, kasus korupsi yang marak diberitakan yakni kasus nazaruudin. Nazaruddin yang sempat buron selama kurang lebih tiga bulan itu, kini telah berada di bawah penjagaan aparat keamanan negara. Tuduhan pencurian uang negara  melalui pembangunan wisma Atlet SEA Games (Hambalang Sport Center), yang kabarnya menelan biaya triliunan, lagi-lagi kembali mengoyak-oyak hukum di republik negara kita
Sebelum kasus Nazaruddin mencuat ke publik, terdapat berbagai macam kasus-kasus yang sempat membuat kuping rakyat merah dan panas diantaranya; Gayus Tambunan yang melenyapkan uang negara milyaran rupiah bayaknya, kesaksian Gayus menyeret  nama-nama  atau tokoh-tokoh yang tidak asing lagi bagi penegak hukum di Indonesia, diantaranya Susno Duadji, Sirus Sinaga.
 Gayus dan komplotanya telah merugikan negara, sampai sampai sekarang kasusnya belum terselesaikan secara menyeluruh, belum lagi kasus yang begitu menghebohkan dan membuat geram masyarakat setanah air yaitu kasusu Bank Century, para penjahat yang terlibat di dalamnya telah merugikan negara praktek mafia yang dilakukan oleh para pejabat publik dimana, nama Sri Mulyani yang kini menjabat sebagai direktur pelaksanan organisasi multinasional di bank dunia, dan juga menyeret nama wakil presiden di negara indonesia sendiri, Sri Mulyani kini menjadi buron keluar negeri , namun, yang membedakan antara Nazar dan Sri, sri mendapatkan restu dari pemerintah untuk buron keluar negeri sedangkan Nazar tidak, Kerugian yang di buat oleh Sri Mulyani beserta kolega-koleganya, melenyapkan uang negara sebesar 6,7 triliun sampai hari ini orang-orang yang terlibat dalam kasusu centuri tersebut belum juga mendapatkan hukuman alias kasusunya belum terselesaikan.
Lembaga-lembaga peradilan yang di tugaskan untuk memberantas korupsi  diberi tugas dan kepercayaan oleh rakyat dalam menegakkan keadilan demi hilangnya korupsi di negara indonesia.
Setelah dipelajari, masih banyak kasus korupsi  alias pencurian uang rakyat yang belum terselesaikan sampai sekarang. Melihat seluruh praktek perkorupsian di negara indonesia dalam beberapa waktu terakhir, hampir seluruhnya melibatkan elit-elit politik terkhus bagi partai yang berkuasa, mungkin  karena mereka yang paling dekat dengan itu semua, namun yang perlu diketahui bukan berarti mereka  lebih dekat sehingga dekat juga untuk membawa kabur atau mencuri uang rakyat dengan mudah, “ada apa di balik semua ini, apa ada yang main-main?”, yang pastinya di balik semua kasus-kasus korupsi yang terjadi terdapat permainan cerdik dan licik oleh para pejabat yang diberi kepercayaan mengurus kepentingan umum,  seperti inilah ketika para pejabat publik tidak mengurus kepentingn umum yang ada hanya mengurus pribadi masing-masing, melalui kekuasaan atau jabatan akhirnya mereka korupsi.
Dari keseluruhan kasus korupsi yang terjadi,  ternyata menuai macet-di sana-sini dalam pemecahannya,  proses penegakkan hukum mandek sampai sekarang,  bahkan cenderung ditutup-tutupi untuk publik, secara tidak langsung masyarakat dibuat geram dengan kondisi politik yang berlaku sekarang.
Maraknya pencurian yang dilakukan oleh elit-elit negara, menjadi  hal yang tidak aneh lagi dan merupakan santapan publik  baik pagi hari sampai pagi berikutnya datang, mungkin ada yang harus dibenahi dalam ruang bernegera kita, kebanyakan yang  dilahirkan adalah pencuri, yang mencuri uang rakyat.
Dari sekian banyaknya kasus pencurian uang rakyat atau korupsi, membuat  kepercayaan rakyat semakin luntur saja, bahkan kita tak lagi percaya pada negara ini, setiap kepercayaan yang diberikan oleh rakyat dinodai dengan tingka laku yang biadap. Kalau kejadiaanya seperti ini mending kita tidak usah bernegara, atau kita jadi koruptor saja sekalian untuk memperjelas visi misi bangsa dalam mencetak generasi pencuri.
Berlanjut dari itu semua, yang perlu kita ketahui bersama dalam bernegara adalah berjuang, berjuang dalam hal ini berjuang menggunakan hukum. Para penegak hukum di negara ini akan di uji dengan mencuatnya kasus nazaruddin dan kasus-kasus korupsi yang lainnya. Para pemnagku kitap suci republik ini akan berjuang dalam menegakkan hukum dengan kasus korupsi yang milibatkan penguasa, dimana mereka nantinya memberi hukuman buat orang-orang yang terlibat korupsi, apa lagi yang terjadi sekarang dimana kasus Nazar yang dalam tindak tanduknya sebagai salah satu koruptor yang lahir dari parai yang berkuasa, setelah buron selama kurang lebih tiga bulan dan akhirnya tertangkap di negara yang cukup jauh yakni Kolombia, kasus Nazaruddin kembali mengaduk-aduk emosi publik yang menyeret orang-orang penting di kubuh partai penguasa seperti, Anas Urbaningrum, Andi Malarageng, Edi Baskoro hingga Mirwan Amir dan Angelina Sondakh, seperti yang kita ketahui bersama proses penegakkan hukum terhadap nazaruddin menjadi momen untuk mengungkapkan kebenaran dalam memproduksi keadilan.
Saat nazaruddin tertangkap banyak isu yang beredar bahwa nazar harus dilindungi atau dijaga, dan diberikan perlindungan sebagai saksi kunci sekaligus bom waktu yang akan meletus dan siap membongkar para koruptor yang bersembunyi di baliknya, disinilah para penegak hukum akan kita lihat dalam mengungkapkan kebenaran. Namun, sebelum isu tentang perlindungan atas saksi dan korban yang dilontarkan  terhadap nazar, isu yang sama juga pernah berkembang dalam kasus Gayus Tambunan tapi, gayus dan komplotannya belum juga diberi hukuman atas kejahatan yang dilakukan, kebenaran yang di incar-incar oleh penegak hukum dalam meproduksi keadilan belum terbukti sampai sekarang, dan cenderung ditutup-tutupi bagi publik.
Kembali pada kasus nazaruddin hampir isu yang berkembang di publik yang menyangkut tentang perlindungan terhadap saksi sekaligus tersangka dalam kasus penyelewengan dana pembangunan wisma atlet kurang lebih sama yang diberikan pada Gayus, apakah kasus nazar akan tidak terselesaikan juga, mengingat orang-orang yang akan terjerus bersama nazar.
Kita akan membuktikannya setelah nazar tiba di indonesia, apakah memang benar para penegak keadilan di negara ini bisa menegakan keadilan demi mengungkapkan kebenaran,  potret politisi atau koruptor yang bermain-main dengan uang negara tentu bukanlah hal yang baru , berbagai macam kasus telah terjadi namun sayangnya para penegak hukum tidak mampu menyelesaikan tiap-tiap kasus yang terjadi tersebut.
Cukup sudah kita diperdaya oleh elit-elit politik dan penegak-penegak hukum Negara,  yang mungkin saja, telah bekerja sama dengan koruptor untuk tidak menyelesaikan kasus korupsi yang ada, mungkin itu disebabkan karena, mereka ikut terlibat dengan kasus-kasus korupsi yang terjadi.
Setelah bercermin dari berbagai macam kejadian yang melenyapkan uang negara yang tidak sedikit jumlahnya, sebaiknya kita tidak menganggap diri kita terikat untuk memenuhi janji kepada mereka, karena di negara ini hampir semua instrumen bernegara tidak dapat di percaya lagi, karena sumuanya bersifat khianat dan tidak akan memegang janji.
Seluruh kasus korupsi yang terjadi tentang bagai mana menipu dan memperdaya publik, yang tujuannya mencuri uang rakyat, itu dilakukan oleh elit politik dan para pemangku negara ini.
Selain dari perjuangan hukum tadi, kemungkinan besar jalur hukum yang ditempu tidak akan tuntas menyelesaikan perkara korupsi di negeri sendiri karena berbagai motif yang menyelimutinya. Hal yang kita perlukan selanjutnya adalah perjuangan massa, sekaranglah waktunya bagi seluruh rakyat indonesia menata kembali negranya, dengan pertimbangan tak ada lagi yang bisa kita percaya baik instrument pemerintahan, peradilan dan instrumen-instrumen yang mengatur sistembernegar kita. rakyat indonesia harus bercermin dari sekian kasus pencurian uang negara yang dilakukan oleh elit-elit di negeri dimana yang telah meugikan kita semua, dibutuhakan kekuatan massa untuk berjuang dan merebut kembali keadilan yang sudah dicoreng dan ternodai oleh tingkahlaku penyelenggara negara