Pengantar
Menjawab persoalan yang mungkin tidak jauh dari dalam diri setiap orang, yakni salah satu perdebatan penting dalam mengenai kedudukannya di setiap individu-individu yakni seni.
Membahas masalah seni, seni yang merupakan kesanggupan dari akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi. Maksudnya, adalah manusia sebagai pelaku dalam seni dituntut untuk menghadirkan sesuatu yang baru dalam masyarakat dan juga dapat menerjemahkan kehidupan sosial ke dalam satu medium tertenru, yang mungkin kita pahami sampai hari ini adalah karya-karya yang dihasilkan atau hasil dari proses kretifitas yang dihasilkan oleh manusia, karya-karya yang dihasilkan ini tidak serta merta hadir begitu saja melainkan melalui sebuah proses, proses yang saya maksud adalah pengalaman dan pengamatan, keberadaan suatu karya harus dan mampu memberikan pencerahan bagi setiap individu yang lainnya.
seni yang lahir dari kreativitas manusia mungkin mudah kita dapatkan dan temukan dalam keseharian dan bahkan seni sudah menjadi konsumsi setiap orang saat ini, kehadirannya dalam sendi-sendi masyarakat amatlah begitu agung.
Hasil-hasil kaya yang dihasilkan oleh manusia dalam kesehariannya adalah wujud dari seni, namun yang menjadi landasan saya adalah seni untuk menjadi perubah tatanan masyarakat, artinya peran-peran seni dalam masyarakat harus menjadi pendobbrak bagi perjuangan rakyat hari ini.
Keberadaan karya-kaya seni yang dihasilkan oleh setiap individu melalui kreativitas telah mampu membentuk sosial masyarakat yang ada namun dalam pandangan saya, kelahiran suatu karya yang dihasilkan dari hasil kreatifitas perlu kita analisa terlebih dahulu jangan sampai karya-karya yang dihasilkan dalam membentuk sosial masyarakat memun culkan konflik sosial, saya bisa mengambil contoh gedung-gedung tinggi merupakan hasil karaya yang di hasilkan melalui proses kreatifitas manusia telah menjadi landasan bahwa kehadiran seni dalam hidup kita begitu dekat dengan kita, tapi yang perlu kita cermati apakah keberadaan seni dalam keseharian kita ini selalu memberikan hal yang baik, mungkin pandangan masyarakat umum bahwa seni itu selalu bersifat baik, tapi dengan keberadaan karya seperti gedung-gedung yang tinggi telah merusak tatanan sosial kita diman penggusuran dilakukan untuk membuat gedung-gedung tinggi itu. adanya penggusuran terhadap karya seni yang yang lain akibat pembangunan suatu karya yang dikatakan lebih maju telah menghancurkan karya-karya yang lian, inilah yang mungkin saya makasud bahwa keberadaan karya seni yang dihasilkan tidak sesuai dengan pemahaman kita mengenai kebaikan dari seni itu sendiri dan masih banyak karya-karya seni yang bertebaran dan secara tidak langsung telah melahirkan kekeliruan atau keburukan bagi sosial masyarakat dan masih banyak lagi karya-karya yang lain yang serupa dengannya.
Seni yang agung atau yang mulia adalah seni yang mampu menjadi media transformasi sosial, dimana di dalamnya mengandung realitas, seni dan realitas tidak mampu kita pisahkan melainkan menjadi satu keutuhan yang utuh, kehadiran karya-karya seni dalam masyarakat merupakan sebuah gambaran sosial masyarakat. Jadi kreativitas para seniman mencerminkan realitasnya dan merupakan gambaran dari kehidupan sosialnya.
Peran-peran seni dalam realitasnya menjadi pendukung yang utuh untuk peciptaan tatanan masyarakat menuju perubahan sosial yang di impikan, kehadiran-kehadiran sub-sub seni dalam masyarakat itu menjadi salah satu langkah bahwa seni dalam masyarakat hadir untuk menjadi media transformasi sosial, maksudnya seni-seni yang dihasilkan oleh setiap individu senantiasa berkreasi menjadi penentu juga dalam pembentukan kebudayaan yang ada.
Kehadiran sub-sub seni atau karya-karya seni seperti teater, music, tari dan lain sebagainya menjadi tolak ukur bagi para seniman dalam berkarya, karena keseluruhan dari itu semua merupakan hasil dari kreativitas individu.
Seni yang menuntut kreativitas individu dalam penjabarannya baik secara pertunjukan maupun di luar pertunjukan harus memberi perubahan bagi sosial masyarakat tak kala pentingnya juga adalah penghasil dari sebuah karya sebut saja seniman. Peran-peran seniman tidalah sangatlah begitu penting dimana seniman harus menjadi kreator yang bergerak untuk mentransformasikan pengetahuan dan menjadi pencerah bagi tiap-tiap individu atau sosial masyarakatnya. Seniman harus menjadi pendukung paling kuat terhadap proses kreativitas berkesenian, keberadaan seni harus diubah menjadi tindakan sebagai wujud dari kreasi yang bertujuan untuk melakukan pencerahan dan transformaasi ilmu kepada manusia-manusia yang berjaya terhadap segala bentuk rintangan, dan hidup di atas bumi mnusia yang mampu membangun dunia.
Peran-peran seni dalam membangun sosial masyarakat, sudah tidak dapat kita pungkiri lagi, dimana seni telah mampu menyihir dan membentuk tatanan masyarakat hari ini, kreativitas-kreativitas yang dimiliki individu telah mampu menyulap dan menyihir para penikmatnya, namun penggunaan karya-karya seni dalam masyarakat, sebagai media pencerahan itu dimaknai secara luas, seni sebagai pencerah, haruslah dipandang sebagai sebuah perjuangan, dalam menciptakan keadilan dan kesejahteraan, maksudnya perkembangan seni sebagai pencerah yang dipahami yaitu sebagai pembentuk tatanan masyarakat, karya-karya seni harus menjadi media perjuangan sosial dalam membahasakan realitas demi terwuudnya keadilan dan kesejahteraan social.
Inilah yang harus kita luruskan dalam kesehariannya, manusia selalu menghasilkan karya, dan karya-karya yang dihasilkan itu tak sedikit, kehadiran karya-karya ini perlu kita analisa dan telaah lebih dalam sebelum diterima karena asumsi-asumsi kita bisa saja berubah dari kelahirannya, maksudnya kelahiran sebuah kaya itu telah membawa dampak bagi sosial masyarakat.
Peran seni harus ditentukan untuk mendukung tatanan sosial masyarakat menuju keadilan dan kesejahteraan dalam bernegara.
Keberadaan seni dalam masyarakat yang kita lihat sekarang adalah seni-seni yang bergerak untuk propaganda-propaganda liberalis, seni-seni liberal yang berkembang menjadikan masyarakat sangat tertekan, karena diakibatkan oleh doktrin-doktrin media seni yang beredar sekarang, masyarakat dipacu untuk menjadi konsumen atas segalanya.
Seni-seni yang tercipta melalui karya-karya kreatif manusia liberal itu meniyik bratkan pada kegunaan seni sebagai media-media yang dapat mengajak masyarakat untuk menjadi boneka-boneka imperialis belaka
Sperti yang telah dibahasakan diatas keberadaan seni dalam masyarakat telah membawa dampak yang begitu besar dan bahkan kebradaannya yang dimanfaatkan oleh plutokrasi hari ini, itu telah menciptakan masyarakat industrial yang bergerak diranan konsumerisme, penguasaan-penguasaan terhadap modal yang dilakukan melalui doktrin-doktrin karya seni itu melahirkan sebuah aturan-atauran dalam pengerjaannya, atau standar-standar yang telah ditentukan dan akhirnya karya-karya yang diluar dari kepatuhan tersebut aakn di hilangkan dan dihakimi atau kata kasarnya tidak diterima, seperti pembangunan karya yang dianggap modern dalam kelasnya mengenai property perkantoran yang memakan banyak lahan.
Sastra dan perspektifnya, dalam sebuah pergejolakan menambah sebuah unsur kekacauan di dalamnya pejabaran-penjabaran yang terpadukan melalui sebuah pandangan menjadi sebuah acuan untuk kembali menerawang dan mengklarifikasi persoalan di dalamnya. Banyak sudah hal-hal ynag terjadi di muka bumi, dan persoalan itu kemudian diangkat dalam sebuah teks. Pemahaman kita tentang sebuah permasalahan dalam teks sangatlah minim dan masih diganrungi oleh pemahaman-pemahaman yang dihantui rasa takut akan salah. Itu adalah hal yang sangat wajar buat individu yang berkeliaran samapai saat ini.
Permasalahan yang diangkat melalui sebuah teks menjadi bagian yang sanagt penting bagi saya, namun banyak yang belum sadar dan bangun dari tidurnya yang fana akibat nostalgia personal. Banyak dari kalian yang belum sadar akan persoalan-persoalan realitas dan terkesan acuh terhadapnya sehingga melahirkan sebuah sifat anarkis dalam diri sendiri, dan lebih tepatnya individualis yang tidak produktif dan proaktif dalam melihat itu semua.
Pembangunan-pembangunan pola pikir yang sederhana namun rumit ini selalu dianggap sebuah buah langsat yang jatuh dari pohonnya dalam waktu 24 jam buah itu akan membusuk tanpa disentuh sedikit pun, akhirnya tak bermanfaat lagi.
Selepas dari sebuah keterkungkungan, banyak orang yang selalu menganggap dirinya telah sukses dalam mengarungi samudra hidup, setelah mereka bisa menulis bekerja pada sebuah kantor ternama, membangun sebuah rumah di atas lahan yang begitu besar tanpa menyisakannya untuk menjadi sebuah lahan-lahan alternative pertahanan hidup, tingkat pola dan pemikiran yang sangat egois, itu akan menhantarkan kita ke dalam sebuah pertarungan dan pertentangan hidup.
Pembangunan-pembangunan property yang dipandang sebagai sebuah keberhasilan akan membuat dan memunculkan benyak permasalahan. Coba kita banyangkan, seperti pemikiran orang pada umumnya, mereka ingin punya mobil dan rumah yang besar yang bisa dipamer atau diperlhatkan kepada tetangga berapa banyak lahan produktif yang kkita rusak hanya mmebangun sebuah property yang mungkin boros dalam pemakaian lahan. Kalau semua orang ingin membangun rumah dan membeli mobil dan sebagainya, maka bersiap-siaplah untuk memakan pasir. Para poetani akan digusur atau pemaksaan pembelian lahan terhadap mereka dan kahirnya produksi kebutuhan setahpa demi setahap akan hilang, dan kahirnya kita akan memakan satu sama lain.
Saya akan mengambil sebuah sample. Kota Makassar pada umumhya, mungkin kita hanya melihat satu sampai dua petak tanah ukurannya sekitar 1 hektar tiap petak yang ditumbuhi oelh padi, di setiap sudut-sudut penjuru Makasar.
L;uas kota Makassar dengan ukuran 175,77 km2. Dengan jumlah penduduk
5.000.000 orang, takkan sanggup untuk hidup dari satu petak tanah yang ditumbuhi oleh padi, pemanfaatan lahan yang dilakukan oleh warga kota, pemerintah dan investor membuat ketahanan pangan bagi orang Makassar sangat rentan akan kelaparan. Pemanfaatn lahan yang dilakukan untuk membangun property-properti yang begitu besar dan mengorbankan lahan produktif menjadi sebuah ancaman di masa depan. Kita mungkin dapat melihatnya sekarang Makassar yang begitu padat dengan jumlah penduduk yang begitu melejit dengan kendaraan yang begitu sumpek merupakan salah satu bukti bahwa kita adalah orang-orang yang haus dakan property tanpa memperhitungkan kebutuhan kita. Pemanfaatn tabnah yang begitu boros akan melahirkan ancaman-ancaman kelaparan sudah membayang-bayangi Makassar dengn pola hidup yang konsumeris akan property dan sangat kapitalistik dalam perilaku sosial ancaman kelaparan yang akan menghantui Makassar, tidak akan menemui solusi. Mungkin bagi orang-orang sekarang masih banyak daerah yang mempunyai sawah atua lahan-lahan pertanian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kita. Itulah yang kita manfaatkan dengan cara mengimpor beras masuk ke kota Makassar. Namun, yang harus kita pikir matang-matang ketika para petani tidakn ingin lagi menjual hasil panennya, tapi mungkin itu sebuah contoh yang sangat-sangat tidak masuk akal dan menghampir mustahil. Namun, kita akan lihat Makassar-Makassar kedua, ketiga dan seterusnya akan muncul, maka terjadilah ketakutan kita selama ini.

Yang lebih menarik lagi pada tingkat penguasaan lahan yang seperti itu dilakukan oleh para borjuasi atau pemodal yang bergerak di sector bahan baku. Mereka akan mengontrol semua tindak tanduk kita dalam pemenuhan kebutuhan. Apabila kita meluaskan itu semua dan member peluang kepada mereka, pengontrolan terhadap kebutuhan atau yang menyangkut kemashalatan orang banyak akan menjadi sebuah ancaman yang serius pula mereka yang akan dikontrol itu tak beda dengan boneka tau robot yang siap untuk diperah dan diperas seperti susu sapi yang diproduksi pabrik.
Pemandangan yang begitu menegangkan bagi kota Makassar, kemajuan yang pesat dalam pembangunan di segala uni tanpa memyisakan lahan untuk kebutuhan-kebutuhan pokok merupakan pemandangan yang sangat miris untuk penduduk kota Makassar.
Pencanangan-pencanangan yang diruangkan melalui program kerja, masih saja menjadi hal yang paling nomor satu bagi Aristokrat yang bergerak pada pembangunan property dengan melalui lahan yang begitu luas, tanpa member ruang sedikit pun untuk ditempati bertani, buruh-butuh tani kian terpuruk dan tersingkir, disebabkan karena adanya penguasaan lahan oleh investor.
Belum lagi kita berpikir, bagaimana cara-cara media alternative seperti televisi, koran, radio, dsb, member dogma-dogma atau hasupan-hasupan kepada pola pikir kita untuk bertarung dan berlomba-lomba dalam membangun dan memiliki property yangbeitu mewah dan besar. Pemanfaatan property seperti rumah, mobil, dsb. tidak seefisien yang kita bayangkan dan akhirnya muncul pemborosan lahan, belum lagi perluasan wilayah dalam proses pembangunan yang memakan begitu banyak lahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar