suara tangis menggemuru diterpa sang kabut
alunan alunan kesenian kian ber onani di balik bilik ranjang
suara-suara malam kian tertindih dalam raungan manusia
ada air mata di negeri ini
kesaksian anak-anak domba dalam jelmaan zaman
kebisuan telah membungkam suara ini
hanya goresan-goresan kesedihan yang aku lihat pada setiap dinding rumah
ada tangis di negeri ini
syair-syair dlan tiapgoresan pena
tak lebih dari sebuah kebodohan yang tercatat pada setiap lembar kebohongan
setiap karya yang keluar hanya melahirkan penderitaan bagi sesama
ada air mata di setiap anak-anak negeri ini
akan kutancapkan setiap penderitaan di tiang bendera yang kalian hormati itu
akan ku tuliskan setiap air mata yang menetes dalam gelap
sekatung tintah tak bisa menuliskan kematian yang ada di negeri ini
ada air mata dalam mata setiap anak kami
debu-debu jalanan menjadi santapan yang empuk
daun-daun kering menjadi persinggahan kelelahan
ada air mata di negeri ini
basutan-besutan siang terdengar seperti jeritan kematian
alunan-alunan musik membawa kemusrikan dalam setiap dawaiaanya
syair-syair hanya menjadi dongeng dalam kebisuan
sajak-sajak hanya menjadi tulisan-tulisan semata
katakan pada mereka bahwa ada air mata di negeri ini
tanyakan pada setiap telinga ada yang mati di negeri ini
syair-syair,sjak-sajak hanya dongeng semata yang berlindung dan tunduk pada zaman
dinama lagi sajak-sajak dan syair yang kami rindukan saat fajar datang??
alunan alunan kesenian kian ber onani di balik bilik ranjang
suara-suara malam kian tertindih dalam raungan manusia
ada air mata di negeri ini
kesaksian anak-anak domba dalam jelmaan zaman
kebisuan telah membungkam suara ini
hanya goresan-goresan kesedihan yang aku lihat pada setiap dinding rumah
ada tangis di negeri ini
syair-syair dlan tiapgoresan pena
tak lebih dari sebuah kebodohan yang tercatat pada setiap lembar kebohongan
setiap karya yang keluar hanya melahirkan penderitaan bagi sesama
ada air mata di setiap anak-anak negeri ini
akan kutancapkan setiap penderitaan di tiang bendera yang kalian hormati itu
akan ku tuliskan setiap air mata yang menetes dalam gelap
sekatung tintah tak bisa menuliskan kematian yang ada di negeri ini
ada air mata dalam mata setiap anak kami
debu-debu jalanan menjadi santapan yang empuk
daun-daun kering menjadi persinggahan kelelahan
ada air mata di negeri ini
basutan-besutan siang terdengar seperti jeritan kematian
alunan-alunan musik membawa kemusrikan dalam setiap dawaiaanya
syair-syair hanya menjadi dongeng dalam kebisuan
sajak-sajak hanya menjadi tulisan-tulisan semata
katakan pada mereka bahwa ada air mata di negeri ini
tanyakan pada setiap telinga ada yang mati di negeri ini
syair-syair,sjak-sajak hanya dongeng semata yang berlindung dan tunduk pada zaman
dinama lagi sajak-sajak dan syair yang kami rindukan saat fajar datang??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar