Minggu, 06 Februari 2011

KRONIS

setelah kita menapaki waktu yang bgtu  panjang dalam perjalanan  keilmuan, kini tiba saatnya untuk membuat  sebuah inovasi yang baru dalam  pendidikan kita hari ini, kesemuaan yang  kita dapat dalam ruang-ruang  kelas menjadi sebuah hantu kegelapan di  masa mendatang untuk anak cucu  kita nantinya, kesemuan itu terbangun  melalui program pemerintah yang  tidak memihak kepada masyarakat yang  selama ini di anggap oleh  pemerintah sebagai masyarakat yang  terpinggirkan dimata pemerintah itu.

keterpurukan yang dialami oleh masyarakat kita hari ini menjadi   sebuah contoh yang sangat menyakitkan buat semuah aktivis atau pemerhati   pendidikan di negeri ini, kesemua itu menjadi hal yang sangat penting   untuk kita rampungkan dan memberikan solusi.

kenjanggalan yang terbangun diinstitusi endidikan hari ini sangatlah   mencekik para masyarakat yang kurang mampu untuk mengakses yang namanya   pendidikan, dikarenakan biaya yang sangat mahal, dan kemudian  persyratan  yang harus di bebankan kepada orang tua terdidik itu sangat  diambang  batas kemampuan, mungkin kita dapat mengambil salah satu  contoh mengenai  seragam sekolah atau mungkin kebutuhan-kebutuhan  sekunder lainnya,  seperti buku dan alat tulis menulis yang hingga kini  harganya terus  melambung tinggi yang dikarenakan permainan pasar,  kemana lagi generasi  bangsa ini akan dididik dengan biaya pendidikan   yang begitu selangi,  dan dimana lagi mereka mencari sebuah  kesejahteraan  itu hidup yang  layak,yang menurut pemahaman kita selama  ini mengenai  kesejahteraan  (para elitis).mungkin itulah salah satu  contoh yang sangat nyata untuk  menjadi program kita dalam merubah  pendidikan hari ini.

melihat pendidikan kita yang sangat menakutkan dan dapat menghancurkan generasi kita mendatang,

sosok hantu yang paling menakutkan juga terbangun dari tenaga   pengajar yang katanya para sarjana yang sudah melalui pendidikan yang   sangat tinggi  atau para sarjana yang menyatakan dirinya bisa mengajak   dan mendidik bangsaa ini untuk lebih maju dan mampu bersaing dengan   bangsa lain, itu diluar kelayakan dan kewajaran, meskipun dalam seratus   tenaga pendidik mungkin hanya satu dua orang yang memang betul-betul   dinyatakan sebagai sosok pencerah dan pengayom dalam mendidik, lulusan   yang terbit dari perguruan tinggi yang diarahkan unutk menjadi ahli   dibidangnya merupakan sebuah tanda tanya yang besar bagi kita hari ini   dan menjadi sebuah ulasan yang harus kita kelola dan menjadi sebuah   pergeran untuk menumbangkan para orang-orang yang sok tahu, keberadaan   mereka dalam dunia pendidikan memberi luka yang sangat besar untuk   kemajuan kita hari ini.

pengelolaan pendidikan yang di kelola sampai saat sekarang ini   mengalami sebuah insomnia dimata para pengamat pendidikan yang hanya   mampu mengkritik itu, kelemahan-kelemahan yangterbangu dalam diri atau   sosok seorang pendidik adalh memberikan sebuah intimidasi atau   penjajahan secara mental terhadap anak didik yang mengisi ruang-ruang   kelas yang begitu sempit, secara parsialnya kita dapat amati bahwa para   pendidik itu menjadikan diri mereka sebagai dewa yang agung sesuai   dengan keangkuhan dan ketidak warasan yang berlebiha dalam membawakan,   dewa-dewa seperti inilah yang harus kita berikan teguran untuk menapak   waktu yang lebih baik.

intimidasi yang diberikan oleh para dosen atau guru terhadap muridnya   membawa dampak negatif dalam proses transpomasi ilmu, dampak-dampak   yang terbawa bisa menjadi lebih buruk lagi dimasa mendatang apa bila hal   ini dibiarkan berjamur dan berkembang biak, salah satu dampak yang  akan  didapat oleh sipendidik adalah ketakutan yangsangat berlebihan dan   tidak dapat mengeksplor idenya kehal-hal yang lebih maju yang  disebabkan  oleh doktrin-doktrin para dewa yang bergerak dalm ruang  kelas.

menyambung hal diatas yang sempat terlewat, kita harus melihat   kegedung MPR atau DPR sana sebagai perumus dan pembuat kebijakan yang   melibatkan presiden atau kepala negara dalam mengeluarka sebuah   peraturan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan bernegara, yang   katanya untuk meringankan para orang-orang kurang mampu dalam mengakses   pendidikan, namun kebijakan itu hanya sebuah omong belaka dan basa-basi   publik, bisa saja dana yang di kucurkan oleh pemerintah sempat hinggap   di kantong-kantong para elitis yang hanya ingin mengumpulkan kekayaan   semata dari hasil pajak yang terkumpul dan yang dikucurkan untuk   kecerdasan bangsa.sungguh sangat ironis negeri ini, negara yang sangat   memalukan, ibaratnya yang miskin selalu menghidupi yang kaya, sementara   yang miskin hidup penuh dengan kemelaratan, menyambung hal yang serupa   ternyata masih banyak kita jumpai di beberapa penjuru negeri ini   mengenai perdagangan pengetahuan(buku-buku cetak yang dibagikan gratis   oleh pemerintah) yang marak dipraktekkan oleh kalangan-kalangan elit   demi meraup kenunutngan yang sangat besar, dan belum lagi penjajahan   secara metodologi pendidikan yang kita anut selama ini yang memberikan   sebuah kepalsuan yang sarat akan sebuah halusinasi yang tidak memberi   kepastian.

setelah kita menginjakkan kaki di beberapa pelosok negeri ini, banyak   kita jumpai kejanggalan-kejanggala yang menimpa mereka yang merindukan   sekolah yang layak untuk di tempati belajar dan memberikan sebuah   harapan yang nyata kelak. tapi mungkin itulah sebuah harapan yang tidak   akan tersampaikan dengan memperhatikan keadaan sekarang, penjajahan  yang  dilakukan dalam dunia pendidikan yang sarat akan sebuah politik  busuk  yang menyeret bangsa ini kedalam jurang tanpa dasar.

pendidikan adalah hak dan milik rakyat, dan mendidik adalah kewajiban dan hal yang paling mulia "soren"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar