Minggu, 12 Juni 2011

SASTERA DAN DUNIANYA

            Keterkaitan seni dan masyrakatnya khususnya sastra merupakan media perjuangan atau propaganda untuk dipakai berlawan terhadap penjajahan, perlawanan-perlawananyang dilakukan melalui media tulis menulis menjadi alternative mudah untuk mengembarkan penjajahan, dalam terjadinya penjajahan ternyata muncul polemik yakni apa tujuan dari penjajahan itu dan apa dampaknya, inilah yang berusaha dijawab dari penulis yang menyangkut kelas-kelas social dalam masyrakat melalui karya Pramoedya, dan terjadinya penjajahan itu disebabkan oleh kepentingan dan kekuasaan atau ingin menguasai, inilah yang lebih tepat untuk kita sebut politik.
            Dalam perkembangannya sastra banyak melahirkan pemikiran-pemikiran yang begitu factual dan menjadi sebuah media penggerak dalam prosesnya, untuk menghegemoni pembaca, kelahiran sebuah karya yang bersifat fiktif namun factual tidak dapat kita pisahkan dari goresan manusia yang tercantum dalam sebuah sejarah yang menyangkut realitas, penggunaan karya sastra sebagai salah satu analisis media yang sangat kuat dalam menerjemahkan hidup menjadi salah satu jalan alternative untuk membuat perubahan-perubahan baik dalam social maupun budaya.
            Keberadaan sastra saebgai media yang menyajikan sebuah ide-ide atau keadaan realitas itu tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur politik dalam sebuah pencapaiannya, penguatan-penguatan dalam karya sastra yang menyangkut sebuah realitas. Di mana karya sastra dipandang dan diyakini merupakan sebuah perwujudan social masyrakatnya, keresahan-keresahan yang digambarkan dalam sastra itu tidaklah jauh beda dari realitas itu sendiri, keberadaan manusia dalam konteks-konteks tertentu menjadi analisis factual yang akan penulis bahas dalam sebuah roman yang begitu menarik untuk kita lihat dan perhatikan secara baik. Relasi-relasi politik yang terbangun dalam masyrakat yang tertuang dalam karya ini, sangatlag berharga untuk kita kaji, karena karya sastra yang akan dianalisa dipandang oleh penulis sebagai sebuah unsur realistis dalam proses penerjemahannya.
            Sebelum kita melangkah jauh ke dalamnya, kita wajib memperhaitkan dan membuka pemikiran kita mengenai sastra yang bersifat realis, kesusastraan yang dipandang sebagai gambaran-gambaran hidup masyarakat namun dibungkus dengan romantic revolusioner, keterbukaan sebuah karya dapat membuat pengetahuan menjadi sarana untuk mempolitisasi bagi para pengguna dan penulisnya, setelah kita kupas-kupas lebih dalam lagi ternyata sastra merupakan sebuah pengetahuan yang sangat besar di mana dia berperan sebagai media propaganda untuk mengajak orang di mana tata cara mengajaknya yaitu menyajikan atau  memberitakan sebuah kejadian yang sangat erat dengan lingkungan kita, mungkin itulah yang kita lihat sebagai realita.
            Saya di sini menulis mengenaoi realism social dalam bingkai politik yang mengangkat sastra sebagai media kajian, peran-peran politik dalam sastra sangatlah mendukung jalannya sebuah alur social budaya dengan memandang karya sastra sebagai hal yang imajinatif bukan fantasi, dengan melihat unsur-unsur realitas yang terbangun dalam bingkai politik dalam karya sastra mebuat saya berpikir bahwa kemungkinan besar ada sebuah proses perpolitikan baru yang terbangun dalam sastra sehingga karya sastra yang sebagaimana saya jelaskan sebagai media propaganda, mungkin telah mengsubordinasi pembacanya. Namun, saya tidak akan melangkah ke sana sehingga saya tidak dikatakan sebagai orang yang mengada-ada atau bahkan orang yang berhalusinasi, namun sampai hari ini saya masih tetap yakin akan perkembangan pengetahuan di mana pengetahuan itu harus ditransformasikan untuk membentuk social budaya manusia. Saya juga akan menjelaskan beberapa aspek realitas dalam sastra yang dilihat dari bingkai politik, mungkin dalam tulisan saya ini sangat jarang  kita dengar dan bahkan tidak pernah kita dapatkan namun saya akan tetap berusaha menelaahnya.
            Sastra dalam masyarkat tidaklah bias kita pandang sebagai hiburan atau sebuah karya yang hanya bersifat bacaan tanpa melihat makna yang sebenarnya.
            Pandangan menganai sastra sebagai hiburan merupakan sebuah pemikiran yang cenderung individulis di mana kita hanya melihat sastra itu sebagai media tulis menulis yang tidak memberikan arti sama sekali, dalam beberapa abad sebelumnya sastra merupakan pengetahuan yang paling awal dikenal oleh manusia, pandangan sastra sebagai bidang ilmu yang pertama kali kita kenal mungkin melalui perspektif budaya di mana cara bertutur dan menuangkan kepentingan di dalamnya tercantum dalam sebuah makna. Mungkin dari sinilah penulis akan menjelaskna pemikirannya memandang sastra. Pandangan-pandangan tenatang sastra sejak pengetahuan itu muncul berkembang begitu pesat, kemajuan yang tercipta baik dari lisan sampai pada tulisan tanpa menyampinhkan kepentingan dan unsur- unsure pembangun lainnya dalam sastra, misalnya masyarakat atau realitas merupakan sebuah kemajuan yang sangat penting untuk kita lihat. Pentingnya sastra dalam masyrakat dapat membantu kita melihat kejadian-kejadian yang berlalu dan mungkin kita masih mengalaminya sampai sekarang, dalam hal ini peran dan fungsi sastra tidak boleh kita pisahkan dari realitasnya ataupun teks masyrakatnya. Dalam setiap unsur-unsur sastra tidaklah mungkin tercipta tanpa ada unsur pembangunannya dan yang paling berperan aktif di dalamnya adalah realitasnya atau yang sering kita sebut sebagai realisme sosial meskipun sastra dipandang sebagai sebuah unsur fiktif tetapi yang tidak bias kita nafikan adalah lahirnya karya itu karena adanya unsur realita di dalamnya sehingga mengajak orang untuk memuatnya meskpun dengan metode fiktif.
            Kepentingan-kepentingan yang terbangun dalam karya sastra merupakan sebuah cerminan dari realitasnya, sebuah kelompok masyarakat atau manusia itu tidak bias lepas dari sebuah kepentingan yang mungkin saja membelenggu jiwanya atau mungkin memiliki ide dalam perilakunya, namun mungkin saya melihat kepentingan itu sebagai sebuah politik, jadi politik di sini dipandang sebagai kepentingan dalam sebuah perjalanan sosial budaya seiring orang diperhadapkan pada pilihan yang menyangkut kepentingan, baik pribadi maupun orang lain. Penulis memandang sebuah unsur realita di sini sebagai sebuah proses perpolitikan tapi bukan politik praktis dan mengambil karya sastra sebagai media untuk mengkaji itu, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya sastra dalam  masyarakat sangatlah berperang aktif dalam mengawal dan membangun budaya di aman di dalamnya terkandung kepentingan-kepentingan orang banyak. Proses- proses perpolitikan yang terbangun dalam sastra itu mampu menghegemoni orang-oprang yang terlibat di dalamnya. Dimana di sini kita melihat antara realitas pembaca dan pengarangnya dan unsur-unsur di dalamnya.
            Unsur-unsur politik dalam sebuah sastra banyak dibeberkan dan sangat berkaitan dengan realisme sosial, keberadaan politik dalam sendi-sendi pengetahuan juag berperan aktif dalam membangun sosial budaya masyrakat. Peran-perang politik dalam sebuah unsur seni dan budaya sudah diperdebatkan sejak bertahun-tahun yang lalu di mana proses penceritaannya tidak diceritakana begitu Fun Guard atau telanjang  namun diceritakan ke dalam bentuk yang menarik yakni sastra.
            Banyak dari kita mendefinisikan sastra dalam lingkup yang sempit, kebanyakan orang memaknainya hanyalah sebuah goresan pena pengarang semata, padahal yang kita harus cermati adalah kisah-kisah yang terbangun di dalamnya yang begitu menggugah perasaan dan rasio kita. Penjabaran mengenai sastra sangatlah begitu banyak dan membingungkan kita untuk memahami esensi dari sastra itu sendiri dan akhirnya melahirkan pikiran kita ke dalam rumah yang tidak mendidik dalam memahami sastra.
            Tidak hentinya goresan pena ini menjelaskan apa itu sastra, karena bagi penulis sastra merupakan pengetahuan yang tinggi seandainya sastra itu dilihat dari nilai 1-10 mungkin dia berada pada angka Sembilan, namun saya tidak akan menjurus ke dalam sebuah penilaian-penilaian yang kolot yang hanya memunculkan sebuah perselisihan namun saya memandang sastra sebagai media propaganda yang bersifat pencerahan. Dalam sebuah karya sastra tidak dapatlah kita pisahkan antara realism sosial dan proses politik di dalamnya, kedua pandangan tersebut yang hanya dalam sebuah media di mana sastra berperan sebagai media propaganda. Peran sastra sebagai media propaganda tidak lain dan tidak lebih yakni bagaimana fungsinya untuk mengajak oraang bergerak dan berjuang karena di dalamnya ada penindasan bangsa atau kelas yang melagakan/ ketertindasan harus berjuang untuk keluar dan ketertindasannya.
            Dalam setiap perkembangannya karya sastra selalu menjadi hal yang sangat memotong untuk kita lihat bagaimana proses-proses hidup itu dibangun dan dirancang kemudian diterjemahkan ke dalam sastra atau mungkin gejolak-gejolak sosial yang terjadi.
            Nilai-nilai kemanusiaan yang terdapat di dalamnya yang di bentuk melalui sebuah terjemahan-terjemahan teks. Peran sastra da;lam membahasakan realitas mampu membuat rasio kita untuk berpikir dan bergerak komunikasi sosial tang tertuang dalam sastra sangat sarat akan bau politik dan kebudayaan dalam masyarakat sehingga mengajak rasio kita untuk berpikir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar