Kamis, 21 Juli 2011

LEMBU-LEMBU PETANG


Lembu-lembu petang
kini tapak kaki penuh dengan amarah
matahari terbit sebelah barat
songsongan gelap mulai menapak
tirani menjadi peraaduan
begitu sombongkah aku ini
aku tak pernah merasa diam dalam gelap
meski bayang-bayang menakutkan datang di siang yang kelam
lembayun di ufuk timur
putra tanah ini hilang dalam harapan
orang-orang ditanah ini sirna di dalam fantasi
lembu-lembu menyongsong petang
dunia begitu angkuh bagiku
tangis anak-anak menjadi primadona sesaat
lembayun di ufuk timur, menuai harapan kematian
bocah-bocah kecil mengitari jalan-jalan
anak-anak kecil bermain di bawah ketakutan
siapakah yang akan merangkul mereka...?
siapakah yang akan menjinakkan anjing dalam kandangnya...?
selongsongan peluru bertabur di atas tanah
kepala-demi kepala tertunduk dimana-mana
tak seorang pun dari kita yang tahu akan itu
tancapkan bendera kematianmu pada kepalaku ini
perempuan-perempuan malam hilang terbawa kekerasan
perempuan yang malang kekasih malamku
mereka datang menjilat tubuhku penuh dengan nafsu
malam yang aku impikan membunuh jiwaku
lembayun sanja yang begitu ku rinduh
tangis-tangis bayi di malam hari saat senja menjemputku
kantong-kantong plastik menjadi tempan untuk harapanku
kini aku hanya bisa melihat dan memandanginya terbaring dalam buaian malam

tangis-tangis dalam kamar
jeritan dalam jiwa
basuhan air mata
tak seorang pun tahu akan hal itu
kami dianggap berdosa
kami seperti orang-orang yang merusak kehidupan
lantas dimanakah tempat kami untuk mecari kedamaian...?

matahari terlalu indah bagiku
bulan begitu baik bagiku
jalanan begitu bersahabat denganku
orang-orang selalu datang dan menjamahku

kain putih aku baringkan diatas tanah
selembar rupiah kini membanjiri badan ini
satu persatu mereka datang dan duduk
harapan demi harapan terbuang dalam kekejaman
perempuan yang sedang menyusui harapannya
matahri tak baik baginya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar